Mengatasi Stunting, Faktor Penyebab dan Upaya Pencegahan

Stunting, sebagai gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak akibat gizi buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak memadai, menjadi perhatian serius dalam upaya meningkatkan kesejahteraan anak-anak di Indonesia. 

Anak-anak dikategorikan sebagai stunting jika tinggi badan terhadap usia mereka lebih dari dua standar deviasi di bawah median Standar Pertumbuhan Anak WHO.

Dampak Stunting pada Awal Kehidupan

Stunting, terutama pada 1000 hari pertama sejak pembuahan hingga usia dua tahun, memiliki konsekuensi fungsional yang merugikan pada anak. Rendahnya kemampuan kognitif dan pendidikan, rendahnya upah orang dewasa, hilangnya produktivitas, dan peningkatan risiko penyakit kronis terkait gizi di masa dewasa menjadi beberapa dampak yang patut dikhawatirkan.

Pertumbuhan Linier dan Pengaruhnya

Pertumbuhan linier pada anak usia dini menjadi penanda kuat pertumbuhan yang sehat, berhubungan dengan risiko kesakitan dan kematian, penyakit tidak menular di kemudian hari, serta kapasitas belajar dan produktivitas. Pertumbuhan ini juga erat kaitannya dengan perkembangan anak di beberapa domain, termasuk kapasitas kognitif, bahasa, dan sensorik-motorik.

Penyebab Stunting

Berbagai faktor dapat menjadi pemicu stunting pada masa kanak-kanak, khususnya pada dua tahun pertama kehidupan:

1. Ibu hamil kekurangan asupan gizi

Sekitar 20 persen stunting terjadi saat bayi berada dalam kandungan akibat asupan gizi yang tidak memadai, menyebabkan anemia defisiensi zat besi pada ibu hamil.

2. Pola makan tidak seimbang

Pola makan yang tidak seimbang, kurangnya konsumsi sayuran, buah-buahan, dan sumber protein dapat menyebabkan kekurangan nutrisi pada anak.

3. Perawatan pasca melahirkan yang tidak memadai

Kurangnya perawatan pasca melahirkan dapat mengakibatkan kelelahan kronis pada ibu, menghambat pemberian ASI yang memadai.

4. Gizi anak yang tidak terpenuhi

Kurangnya asupan nutrisi seperti protein, zinc, dan zat besi pada anak menjadi faktor utama terhambatnya pertumbuhan fisik.

5. Pola asuh orang tua yang kurang efektif

Pola asuh yang tidak efektif berkaitan erat dengan praktik pemberian makanan kepada anak, mempengaruhi risiko stunting.

6. Infeksi berulang

Anak dengan imunitas lemah cenderung mudah sakit, dan infeksi berulang dapat menghambat pertumbuhan.

7. Sanitasi yang kurang baik

Keterbatasan akses air bersih dan sanitasi yang tidak layak meningkatkan risiko stunting, terutama jika tidak ada akses yang memadai ke layanan kesehatan.

8. Kurangnya akses ke pelayanan kesehatan

Kesehatan ibu yang buruk dan kurangnya akses ke pelayanan kesehatan mempengaruhi deteksi dan penanganan dini terhadap masalah pertumbuhan anak.

9. Kehamilan tidak sehat

Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan pertumbuhan terhambat pada bayi dalam kandungan.

10. Pemberian ASI yang tidak eksklusif

Tidak cukupnya asupan ASI dalam enam bulan pertama kehidupan dapat menyebabkan kekurangan nutrisi pada bayi.

11. Kurangnya edukasi terhadap masalah gizi

Pengetahuan dan kesadaran yang kurang tentang gizi dapat menyebabkan praktik makan yang tidak sehat, berkontribusi pada stunting.

12. Bayi terlahir dengan berat badan kurang

Bayi dengan berat badan rendah berisiko mengalami stunting karena belum memiliki saluran pencernaan yang sempurna.

13. Mengidap penyakit jantung bawaan

Anak dengan kondisi ini sulit menelan makanan, mempengaruhi distribusi nutrisi akibat kegagalan jantung memompa darah.

Upaya Pencegahan Stunting

Melalui pemahaman terhadap faktor-faktor penyebab, upaya pencegahan stunting dapat dilakukan dengan meningkatkan akses gizi, edukasi ibu hamil, peningkatan sanitasi, dan peran aktif orang tua dalam pola asuh dan pemberian makanan yang sehat. Dengan pendekatan holistik, diharapkan dapat mengurangi angka stunting di Indonesia dan memberikan masa depan yang lebih baik bagi generasi yang akan datang.

Scroll to Top