Gaya pengasuhan “helikopter” telah menjadi sorotan dalam diskusi tentang pendekatan orang tua terhadap anak-anak mereka. Istilah ini merujuk pada pola perilaku yang terlalu protektif dan terlibat secara berlebihan dalam kehidupan anak-anak, kadang-kadang dengan konsekuensi yang merugikan bagi perkembangan mereka.
Sebagaimana gambaran helikopter yang selalu mengawasi dari atas, orangtua model ini cenderung terlibat secara intensif dalam semua aspek kehidupan anak-anak mereka. Mereka memantau aktivitas dan pekerjaan sekolah anak-anak dengan cermat, tidak hanya untuk melindungi mereka dari rasa sakit dan kekecewaan, tetapi juga untuk memastikan keberhasilan mereka.
Istilah “orangtua helikopter” pertama kali diperkenalkan dalam buku berjudul ‘Antara Orangtua & Remaja’ pada tahun 1969. Dalam buku tersebut, remaja menggambarkan ibunya seperti helikopter yang selalu mengawasinya. Sejak itu, istilah ini telah merambah ke berbagai bidang, termasuk pendidikan tinggi, untuk merujuk pada orangtua yang terus-menerus mencoba mengendalikan anak-anak mereka.
7 Tanda Orang Tua Termasuk Helikopter Parenting
Menjaga dan mendampingi anak adalah tanggung jawab utama orang tua. Namun, ada beberapa perilaku yang bisa menandakan bahwa seorang orang tua telah memasuki wilayah yang disebut sebagai “orangtua helikopter”.
Istilah ini merujuk pada pola pengasuhan yang terlalu protektif dan terlibat secara berlebihan dalam kehidupan anak-anak. Mengutip laman Web MD, berikut adalah beberapa tanda yang dapat mengindikasikan bahwa seorang orangtua termasuk dalam kategori tersebut:
1. Berkelahi untuk Anak
Orangtua yang cenderung langsung campur tangan ketika anak mengalami masalah sosial, seperti bertengkar dengan teman.
2. Mengerjakan Tugas Anak
Orangtua yang terlalu membantu anak menyelesaikan tugas sekolah mereka, tanpa memberikan mereka kesempatan untuk belajar mandiri.
3. Menjadi Pelatih untuk Pelatih Anak
Orangtua yang terlibat secara berlebihan dalam aktivitas olahraga anak, bahkan sampai menegur pelatih.
4. Selalu Menyertai Anak
Orangtua yang selalu menemani anak ke mana pun mereka pergi, bahkan dalam kegiatan yang seharusnya dapat dilakukan anak sendiri.
5. Membantu Anak dalam Pekerjaan Rumah
Orangtua yang terlalu membantu anak dalam melakukan pekerjaan rumah, tanpa memberikan mereka kesempatan untuk belajar tanggung jawab.
6. Terlalu Menjaga Anak
Orangtua yang selalu memperingatkan anak untuk berhati-hati, tanpa memberikan mereka kesempatan untuk mengambil risiko dan belajar dari pengalaman.
7. Tidak Membiarkan Anak Gagal
Orangtua yang tidak membiarkan anak menghadapi kegagalan dan kesalahan, sehingga anak tidak belajar mengatasi masalah.
Penting bagi orangtua untuk menyadari perilaku mereka dan memastikan bahwa mereka memberikan ruang bagi anak-anak untuk berkembang secara mandiri. Pengasuhan yang terlalu protektif dan terlibat dapat menghambat perkembangan anak dalam jangka panjang.
Sebaliknya, memberikan dukungan yang tepat dan membiarkan anak-anak belajar dari pengalaman mereka sendiri akan membantu mereka tumbuh menjadi individu yang mandiri dan percaya diri.